Social Icons

Pages

Saturday, May 23, 2009


2008-12-24
Akhwat....


Suatu ketika, seorang santri putra bertanya pada Ustadznya: Ya Ustadz, Ceritakan Kepadaku Tentang Akhwat Sejati…
Sang Ustadz pun tersenyum dan menjawab…Akhwat Sejati bukanlah dilihat dari sekedar jilbabnya yang lebar, tetapi dari bagaimana ia menjaga pandangan mata (ghudhul bashar), sikap, akhlak, kehormatan dan kemurnian islamnya….
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari kelembutan suaranya, tetapi dari lantangnya ia mengatakan kebenaran di hadapan laki2 bukan mahramnya…..
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari banyaknya jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya dengan anak2nya, keluarga dekatnya, para jama’ah, para tetangga dan orang2 di sekitarnya.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari bagaimana ia dihormati di tempat ia bekerja tetapi bagaimana ia dihormati di dalam rumah tangganya…
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari bagaimana ia pintar berhias dan memasak masakan yang enak2, tapi bagaimana ia bisa faham dan mengerti selera dan variasi makan suami dan anak2nya yang sebenarnya tidak rewel, pintar mengatur cash flow finansial keluarga, mengerti bagaimana berpenampilan menarik di hadapan suami dan selalu merasa cukup (qonaah) dengan segala pemberian dari sang suami di saat lapang maupun di saat sempit.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari wajahnya yang cantik, tetapi dari bagaimana ia bermurah senyum dan sejuk jika dilihat di hadapan suaminya dengan sepenuh hati tanpa dibuat2/dipaksakan.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari banyaknya ikhwan yang mencoba berta’aruf kepadanya, tetapi dari komitmennya untuk mengatakan bahwa sesungguhnya “Tidak ada kata “CINTA sebelum menikah.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari gelar sabuk hitam dalam olahraga beladirinya, tetapi dari sabarnya ia menghadapi lika-liku kehidupan…
Akhwat Sejati bukanlah dilihat dari sekedar banyaknya ia menghafal Al-Quran, tetapi dari pemahaman ia atas apa yang ia baca/hafal untuk kemudian ia amalkan dalam kehidupan sehari2.
….setelah itu, Si Murid kembali bertanya…


“Adakah Akhwat yang dapat memenuhi kriteria seperti itu, Ya Ustadz ?”
Sang Ustadz kembali tersenyum dan berkata: “Akhwat seperti itu ada, tapi langka.
Sekalipun ada, biasanya ia memiliki karakter khas antara lain; Sangat mencintai Allah dan RasulNya melebihi apapun, tidak lepas dari dunia da’wah (minimal di lingkungan sekitar tempat tinggalnya), hidup berjamaah tapi tidak dikenal ‘ashobiyah, tidak ingin dikenal-kecuali diminta/didesak oleh jama’ah (masyarakat), dari keturunan orang2 yang shalih/shalihat, berasal dari lingkungan yang sangat terpelihara, punya amalan ibadah harian, mingguan dan bulanan di atas rata2 orang kebanyakan, hidupnya sederhana namun tetap menarik dan bermanfaat buat orang lain, dikenal sebagai tetangga yang baik hati, sangat berbakti terhadap orang tua, sangat hormat kepada yang lebih tua dan sangat sayang terhadap yang lebih muda, sangat disiplin dengan sholat fardunya, rajin shaum sunnah dan qiyamullail & atau bisa jadi amalan ibadah terbaiknya disembunyikan dari mata orang2 yang mengenalnya, rajin memperbaiki istighfarnya (taubatan nashuha), rajin mendoakan saudara2nya terutama yang sedang dalam keadaan kesulitan atau sedang terdzolimi secara terang2an/tersembunyi, rajin bersilaturahim, rajin menuntut ilmu-mengaji- (terutama yang syar’i)/minimal rajin hadir di majlis ilmu dan mendengarkannya, senantiasa menambah/memperbaiki ilmunya dan menyampaikan semua ilmu yang ia ketahui setelah terlebih dahulu ia mengamalkannya, rajin membaca/menghafal alqur’an atau hadits dan buku2 yang bermanfaat, pintar/kuat hafalannya, sangat selektif soal makanan/minuman yang ia konsumsi, sangat perhatian terhadap kebersihan dan sangat disiplin sekali soal thaharah, sangat terjaga dari soal2 ikhtilat apalagi berkhalwat, jauh dari gosip-menggosip, lisan dan semua perbuatannya senantiasa terjaga dari hal2 yang sia2, zuhud, istiqomah, tegar, tidak takut/bersedih hati hingga berlarut2 melainkan sebentar (wajar), pandai menghibur dan pandai menutupi aib/kekurangan dirinya dan orang2 yang ia kenal, mudah memaafkan kesalahan/kekeliruan orang lain tanpa diminta dan tanpa dendam, ringan tangan untuk membantu sesama, mudah berinfak (bershadaqah), ikhlas, jauh dari riya, ujub, muhabahat, takabur dan tidak emosional, cukup sensitif tapi tidak terlalu sensitif (tidak mudah tersinggung), selalu berbuat ihsan dan muraqobatullah (selalu merasa dekat dan selalu merasa diawasi oleh Allah SWT baik di saat ramai maupun di saat sendirian), selalu berhusnudzon kepada setiap orang, benar2 berkarakter jujur (shiddiiq), amanah dan selalu menyampaikan yang haq dengan caranya yang terbaik (tabligh), pantang mengeluh/berkeluh kesah, sangat dewasa dalam menyikapi problematika kehidupan, mandiri, selalu optimis, terlihat selalu gembira dan menentramkan, hari2nya tidak lepas dari perhitungan (muhasabah) bahwa hari ini selalu ia usahakan lebih baik daripada kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini, dan senantiasa pandai bersyukur atas segala ni’mat (takdir baik) serta senantiasa sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan (takdir buruk) dalam segala keadaan. Kapan pun dan di manapun..
Si Murid rupa2nya masih penasaran, dan bertanya kembali kepada Sang Ustadz. “Ya Ustadz, adakah cara yang paling mudah untuk mendapatkannya? atau minimal bisa mendapatkan seorang Akhwat yang mendekati profil Akhwat Sejati??
Sang Ustadz pun dengan bijak segera menjawabnya: “Ada, jika antum ingin mendapatkan Akhwat Sejati nan benar2 Shalihat sebagai teman hidup maka SHALIHKAN DAHULU DIRI ANTUM…!! karena InsyaAllah Akhwat yang shalihat adalah pada dasarnya juga untuk Ikhwan yang shaalih…

Posted by Yudhi

mahasiswa rantau

SESUATAU DARI HATI
_"MEMORIAL PARK"_

Membaayangknmu
adalah suatu keindahan buatku
Melihatmu
adalah suatu kegembiraan buatku
Bersamamu
adalah suatukebahagiaan buatku
Tapi membaca tulisan darimu
adalah suatu luka buatku

Tapi aku tau,
kamu wanita jalang yang mengemis kasih sayang
Sampai kapanun kamu akan tetap begitu
Foto yang ada disini
Semakin menambah luka hati
Lebij baik ku bakar foto ini

********

hampir larut malam
aku tak bisa memejmkan mata
bayangb yang jauh disana
selalu menggodaq
apakah aku bisa menemuinya
bayang kesetian terpancar darinya
pertanda apakah yang akan terjadi padaku....
tuhan antrarkan aku padanya


********


malam telah kulalui
tanpa aku mengedipkan mata
hati yang telah tersakiti
tak lekang sembuh oleh waktu
dimanakah aku bisa menemukan....

perjalanan kehidupan yang panjang
krisis finansial yang menjadi faktor utama

persahabatan telah dibedakan dengan materi
itu sangat menyakitiku
apakah aku tidak ounya hak untuk berteman


*******


hati adalah permataq
yang bisa untuk kumerasakan
sesuatau dengan asa

persahabatan atas dasar nurani
akan mampu menghasilkan
ukiran-ukiran di dinding hati
dan memenuhi relungnya
bila telah tersakita hatihancurlah ia
drobohlah hati itu
dan bukti bahwa ia telah tersakiti olehnya


******


jadilah air yang mengalir
meresapi hingga kecelah-celah bumi
pergantungan yang selalu pupus
merasakan hati yang sirna
dan redup untuk bercahaya
rasa sesal dihati yng meresapi
relung hati yang kerontang
hanya diam dan membisu
dimanakah mata air?


******


pergi kuliyah ke negri orang
mengemban amanat dari orang tua
aku hanya memiliki delapan langkah
untuk LPJ kepada orang tuaku

ditengah-tengah terebahlah tubuh ini
di bangku kuliyah
yang terbbebani beratnya problematika kehidupan

kapan aku akan wisuda?

tiga tahun lagi, empat tahun lagi,
entah lima tahun lagi...
aku juga tidak tahu...
aku tahu apa yang tidak kuketahui
juga aku punya komitmen

tapi bila aku ingat perutku yang buncit
membuat pikiranku sempitaku harus kemana? harus makan apa?
harus bagaimana?
sedang aku tak punya apa-apa kecuali asa

ingin kumengatakan bahwa aku ini
mahasiswa rantau
yang sehari makan, sehari puasa
lalu ngutang, kemudian dibayar
minggu puasa lagi

sampai kapan aku begini?
sedang ilmu ekonomi aku tak punya

KEPADA SIAPA AKU MENARUH ASA?